Galeri Gebyok Ukir Jati 2018
Mari kita
bahas artikel terbaru dari Jepara Furniture Store. Sumber informasi terpercaya
tentang sejarah kelahiran kota Jepara sebagai Kota ukiran ini dari
http://www.jeparakab.go.id. Namanya berasal dari kata-kata Jepara Ujung Para,
Ujung Mara dan Jumpara yang kemudian kemudi ke Jepara, yang berarti pedagang
tempat tinggal yang berdagang ke berbagai daerah. Menurut buku "Sejarah
Baru Dinasti Tang (618-906 M)" mencatat bahwa pada 674 M seorang musafir
China bernama Yi-Tsing telah mengunjungi tanah Holing atau Kaling atau Kalingga
yang juga disebut Jawa atau Japa, dan diyakini berada di Keling, kustodian
Jepara saat ini, dan dipimpin oleh seorang raja perempuan bernama Sima atau
Ratu Shima yang dikenal sangat tegas dan rasial dalam memimpin rakyatnya.
Namun, menurut
seorang penulis Portugis bernama Tome Pires dalam bukunya "Suma
Oriental", Jepara hanya dikenal pada abad XV (1470 M) sebagai pedagang perdagangan
kecil yang didiami oleh 90-100 orang dan dipimpin oleh East Aryo dan di bawah
pemerintahan Demak . Kemudian East Aryo digantikan oleh panther bernama Pati
Unus (1507-1521). Pati Unus mencoba membangun Jepara di kawasan komersial /
kota.
Pati Unus
dikenal sangat gigih melawan penjajahan Portugis di Malaka yang menjadi rantai
perdagangan nusantara. Setelah kematian Pati Unus digantikan oleh saudara ipar
Falatehan yang berkuasa (1521-1536). Kemudian pada tahun 1536 oleh penguasa
Demak, Sultan Trenggono, Jepara diserahkan kepada menantunya, Pangeran Hadiri,
suami Ratu Retno Kencono, namun pada tahun 1549 Pangeran Hadiri dibunuh oleh
Aryo Penangsang karena perebutan kekuasaan di Demak. Kerajaan setelah kematian
Sultan Trenggono.
Sejarah Kota
Jepara
Kematian orang
yang dicintai membuat Ratu Retno Kencono sangat berduka dan meninggalkan
kehidupan istana untuk bermeditasi di atas bukit Danaraja. Setelah pembunuhan
Aryo Penangsang oleh Sutowijoyo, Ratu Retno Kencono turun dari pertapaan dan
dilantik menjadi penguasa Jepara dengan judul "NIMAS RATU
KALINYAMAT". Pada masa pemerintahan Ratu Kalinyamat (1549-1579), Jepara
berkembang pesat menjadi pelabuhan komersial utama di pulau Jawa dan menjadi
pangkalan angkatan laut. Ratu Kalinyamat diketahui memiliki patriotisme
anti-kolonial, yang dibuktikan dengan pengiriman kapal perangnya ke Malaka
untuk menyerang Portugis pada tahun 1551 dan 1574. Dan oleh orang Portugis yang
dijuluki "RAINHA DE JEPARA" atau "SENORA DE RICA" yang
berarti Raja Jepara yang sangat kuat dan kaya.
Selain itu
Ratu Kalinyamat juga berjasa dalam mengolah Ukiran Seni Jepara yang kini
menjadi andalan perekonomian Jepara, yang merupakan perpaduan antara Seni
Ukiran Majapahit dengan Seni Ukiran Patih Bandar duwung yang berasal dari
China.